2016-09-01T02:00:00.001Z

Istana Cipanas

Istana Cipanas adalah sebuah Istana Kepresidenan Republik Indonesia yang terletak di Cipanas, kawasan Puncak. Istana ini adalah salah satu dari enam istana di Indonesia. Istana Kepresidenan Cipanas terdiri dari sebuah bangunan induk, enam buah Pavilion, dan berbagai bangunan lain.

Gaya arsitektur istana ini berbeda dari yang lain; bercirikan khas traditional, terbuat dari papan dan kayu, dan tidak terkesan megah. Selain digunakan sebagai Istana Kepresidenan, Istana Cipanas juga dibuka untuk umum. Pengunjung dapat melihat isi bangunan istana dan menghirup udara yang sejuk di area halaman istana.

Istana Cipanas mempunyai berbagai koleksi lukisan dan benda bersejarah negara. Objek wisata ini cocok untuk mereka yang ingin lebih tahu mengenai sejarah Indonesia dari sudut pandang para Presiden sebagai penghuni Istana Cipanas.

Area halaman dan hutan Istana Cipanas memiliki koleksi tanaman yang beragam, lebih dari 1.300 spesimen dari 171 spesies tanaman. Dari sekian banyak tanaman, ada 2 spesimen yang tumbuh di hampir setiap sudut halaman istana: Pohon Kigelia aethiopica Decne in Delles dan Pohon Kayu Manis.

Sejarah

Istana Kepresidenan Cipanas didirikan pada tahun 1740 oleh Van Heots, seorang tuan tanah Belanda. Daerah Cipanas terkenal dengan sumber air panasnya, dari sanalah nama Cipanas berasal. Di area Istana Cipanas juga dibangun fasilitas pemandian sumber air panas yang mengandung belerang. Kemudian, Istana Cipanas dijadikan tempat peristirahatan para Gubernur Jenderal Belanda, karena udara pengunungan yang sejuk serta alamnya yang bersih.

Pada masa pendudukan Jepang gedung ini menjadi tempat persinggahan dari pembesar-pembesar Jepang yang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Mereka singgah dan beristirahat untuk menikmati sejuknya udara, indahnya petamanan, serta hangatnya air pemandian. Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung tersebut ditetapkan sebagai salah satu Istana Kepresidenan sebagai tempat peristirahatan Presiden / Wakil Presiden beserta keluarganya.

Di Istana Cipanas inilah, tepatnya di Gedung Induk, Soekarno, menikah dengan Hartini, yang menjadi pendamping dalam perjalanan tugasnya sebagai Presiden. Di dalam Gedung Bentol terdapat sebuah meja dan kursi kerja yang menghadap ke jendela kaca, dimana Presiden Soekarno mendapat inspirasi untuk pidatonya. Pada tahun 1965 di Ruang Makan di Gedung Induk, kabinet bersidang dibawah arahan Menteri Keuangan, Frans Seda, menetapkan perubahan nilai uang dari Rp1.000,00 menjadi Rp1,00.

Istana Kepresidenan Cipanas biasanya tidak digunakan untuk menerima tamu negara. Tetapi, pada tahun 1971, Ratu Yuliana bersinggah di Istana Cipanas ketika berkunjung ke Indonesia.

Gedung Induk

Gedung Induk – bangunan ini merupakan gedung terbesar di kompleks Istana Cipanas, seluas 982 meter persegi. Gedung Induk adalah tempat peristirahatan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.

Bangunan ini bercorak tradisional dengan serambi depan yang tinggi. Gedung Induk telah mengalami berbagai pembaharuan secara bertahap. Pemugaran atau renovasi yang dilakukan selalu mempertahankan gaya arsitektur khas tradisional dan menjaga kelestarian alam.

Gedung Induk terdiri dari ruang tamu, ruang tidur, ruang kerja, ruang rias, ruang makan, dan serambi belakang. Seluruh ruangan mempunyai karpet permadani, perabotan dari rotan, dinding berwarna kecoklatan, dan lukisan di dinding. Ruang tamunya terdiri dari panggung yang berlantaikan kayu.

Terdapat berbagai lukisan di gedung ini, salah satunya “Jalan Seribu Pandang”, dari arah mana pun lukisan itu dipandang, jalan dalam lukisan itu selalu berubah-ubah, menjadi searah dengan pandangan mata pemandang. Ada juga lukisan tentang ramahnya senyuman seorang jelita berkebaya karya M. Thamdjidin (1965) di Serambi Belakang Gedung Induk.

Pavilion

Sekalipun dibangun secara bertahap, enam buah Pavilion berdiri di halaman belakang Gedung Induk. Keenam buah Pavilion itu diberi nama Pavilion Yudistira, Pavilion Bima, Pavilion Arjuna, Pavilion Nakula, Pavilion Sadewa, dan Pavilion Abimanyu. Di samping itu, terdapat Pavilion Tumaritis I dan Pavilion Tumaritis II, yang lokasinya agak terpisah dari sekitar Gedung Induk.

Di setiap Pavilion terdapat ruang tamu, ruang tidur, ruang rias, dan ruang makan. Terdapat berbagai lukisan karya pelukis dalam dan luar negeri. Lukisan di dinding mempunyai tema pemandangan alam, pegunungan, pepohonan, atau wanita jelita.

Gedung Bentol

Di tahun 1954, di masa Soekarno, didirikan sebuah bangunan yang amat mungil, bernama Gedung Bentol. Bangunan ini berhiaskan batu berbentuk bentol, yang berarti bekas gigitan nyamuk. Ukuran bangunannya jauh lebih kecil dari yang lain, tetapi gedung ini berdiri lebih tinggi daripada bangunan-bangunan yang lain, karena berada di lereng gunung.

Gedung Bentol tidak banyak memiliki perabot, terdapat sebuah meja kerja berikut kursinya di ruang depan. Meja kerja itu menghadap ke jendela kaca dengan pemandangan Gunung Gede yang indah.

Bangunan Lain

Terdapat dua bangunan pemandian untuk menampung sumber mata air panas yang mengandung mineral. Fasilitas lainnya adalah sebuah kolam air mancur mungil di halaman depan istana, berikut tiang bendera di tengahnya, serta kolam pemancingan.

Lokasi

Istana Cipanas terletak di Jalan Raya Puncak, 103 kilometer dari Jakarta. Kompleks istana ini berlokasi di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, di kaki Gunung Gede, Jawa Barat, pada ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut. Bangunan istana berdiri di atas areal lebih kurang 26 hektar, dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi.

Istana Cipanas dibuka untuk umum, tetapi harus mendaftar terlebih dahulu sebelum berkunjung. Tidak ada biaya kunjungan. Untuk pendaftaran, silahkan kunjungi Istana Cipanas